Preeklampsia
Apa itu Preeklampsia?
Pre-eklampsia berasal dari kata “PRE” dan “EKLAMPSIA”. Pre disini artinya sebelum, sedangkan eklampsia adalah kejang yang terjadi selama kehamilan atau sesaat setelah melahirkan. Preeklampsia sendiri adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan adanya darah tinggi ibu disertai adanya protein urin dan atau gangguan system organ lain dalam tubuh yang baru terjadi pada kehamilan diatas 20 minggu.
Apa pentingnya kita tau?
Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab kedua terbanyak kematian ibu setelah perdarahan (25%). Prevalensi preeklampsia/eklampsia di negara berkembang 7 kali lebih tinggi dibandingkan di negara maju. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua morbiditas dan mortalitas perinatal. Karena pentingnya meningkatkan awareness terhadap preeklampsia, saat ini WHO menetapkan tanggal 22 Mei sebagai World Preeclampsia Day.
Apa bedanya dengan darah tinggi biasa?
HIpertensi atau tekanan darah tinggi adalah apabila tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. Bedanya adalah, preeklampsia baru terjadi jika kehamilan diatas 20 minggu disertai gangguan organ. Jika terjadi lebih awal, maka ibu tersebut menderita hipertensi kronik atau superimposed preeclampsia pada hipertensi kronik.
Gangguan organ yang dimaksud dapat berupa proteinuria (>+1 atau >300mg/24 jam) atau:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
3. Gangguanliver: peningkatan konsentrasi transaminase 2kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
4. EdemaParu
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Apa penyebabnya?
Penyebab pasti dari preeklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Sampai saat ini, preeclampsia masih dikatakan “the disease of theories”. Penelitian menyebutkan, kelainan perkembangan dan fungsi plasenta adalah kemungkinannya. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya respon imunologi, invasi trofoblas abnormal, kerusakan endotel vascular, maladaptasi cardiovascular, stress oksidatif dan inflamasi, predisposisi genetic, gangguan koagulasi serta kurangnya asupan diet tertentu.
Apa Faktor Resiko terjadinya Preeklampsia?
Ada 17 faktor resiko yang diduga menyebabkan Preeklampsia dan sebaiknya dinilai sejak kunjungan antenatal pertama, yaitu :
Klasifikasi risiko yang dapat dinilai pada kunjungan antenatal pertama
Risiko Tinggi
■Riwayat preeklampsia
■Kehamilan multipel
■Hipertensi kronis
■Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
■Penyakit ginjal
■Penyakit autoimun (contoh: systemic lupus erythematous, antiphospholipid syndrome)
Risiko Sedang
■Nulipara
■Obesitas (Indeks masa tubuh > 30 kg/m2)
■Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
■Usia ≥ 35 tahun
■Riwayat khusus pasien (interval kehamilan > 10 tahun)
Apa Gejalanya?
Gejala preeclampsia umumnya muncul bertahap, sehingga penting untuk dapat dideteksi lebih awal untuk luaran yang lebih baik. Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa: Tekanan darah tinggi (hipertensi), Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin), Sakit kepala berat atau terus-menerus, Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya), Nyeri di ulu hati atau perut kanan atas, Sesak napas, Mual dan muntah, Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain.
Kapan harus periksa?
Sebaiknya setiap ibu hamil, terutama dengan factor resiko, dilakukan screening terhadap preeklmapsia sejak dari kunjungan antenatal pertama dan terus dilakukan pemantauan terhadap tekanan darah tinggi dan gejala setiap kali kunjungan antenatal. Pada kehamilan norma, kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan sesuai usia kehamilan, yaitu: Minggu ke-4 sampai ke-28: sebulan sekali, Minggu ke-28 sampai ke-36: 2 minggu sekali, Minggu ke-36 sampai ke-40: seminggu sekali
Apa yang harus dilakukan jika terkena?
Harus dilakukan penanganan dan pemantauan berkala dengan SpOG. Pengobatan yang dilakukan tergantung usia kehamilan, keadaan janin saat pemeriksaan dan derajat keparahan penyakit. Pengobatan meliputi pemberian antihipertensi, anti kejang, dan juga apakah kehamilan masih akan dipertahankan sampai se-aterm mungkin, atau diakhiri. Keputusan untuk mengakhiri kehamilan ditentukan oleh ada tidaknya komplikasi dari preeclampsia.
Apa komplikasi dan bahayanya?
Preeklampsia yang tidak ditangani dengan baik akan menghasilkan luaran yag buruk baik bagi ibu maupun bagi janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu meliputi : HELLP syndrome, eklampsia (kejang), edema paru, Disseminated Intravascular coagulation (gangguan pembekuan darah), gangguan ginjal, stroke sehingga dapat berujung ke kematian. Sedangkan bagi janin dapat terjadi PJT (pertumbuhan janin terhambat), ketuban sedikit, lepasnya ari-ari, gawat janin, kematian janin
Apa yang harus dilakukan setelah lahiran?
Kontrasepsi apa yang bisa dipakai?
Darah tinggi membuat kontrasepsi yang dapat digunakan menjadi terbatas. Penggunaan hormon estrogen, baik dalam bentuk pil KB kombinasi, suntik, birth control patch, vaginal ring maupun IUD yang mengandung estrogen tidak dapat digunakan. Hormon estrogen pada penderita hipertensi dapat meningkatkan resiko peningkatan tekanan darah, penyumbatan pembuluh darah, stroke dan penyakit jantung.
Maka pilihan KB yang dapat digunakan adalah IUD tanpa hormonal, implant, kondom, Mini pill atau progestin only pill.
Bagaimana dengan kehamilan berikutnya?
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama dan risiko terkena preeclampsia pada kehamilan ini meningkat hingga 7 kali lipat. Ini juga berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk.
Apakah bisa dicegah?
Ya. Menurut POGI, pencegahan preeklampsia meliputi pencegahan primer (apabila penyebabnya telah diketahui jelas sehingga mungkin dihindari atau dikontrol)dan sekunder yaitu :
Pencegahan primer:
- Skrining risiko preeklampsia pada setiap wanita hamil sejak awal kehamilan
- Pemeriksaan skrining preeklampsia dengan riwayat medis pasien.
- Penggunaan biomarker dan USG Doppler Velocimetry masih belum dapat direkomendasikan secara rutin.
Pencegahan Sekunder :
- Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi, sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu
- Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah
Komentar
Posting Komentar