Macam Tehnik Kompresi Uterus pada Perdarahan Postpartum
Tahun 1997, B-Lynch et al memperkenalkan metode kompresi uterus yang kemudian dikenal dengan metode B-Lynch untuk mengatasi atonia uterus pada perdarahan postpartum. Sejak saat itu, banyak bermunculan metode2 kompresi lain yang telah dipakai dan diujikan.
B-Lynch suture
Karakteristik tehnik B-lynch adalah : 1. insisi pada segmen bawah rahim (seperti insisi SC) bahkan pada persalinan pervaginam; dan 2. tidak transfix keseluruhan tebal dinding uterus (baik anterior maupun posterior).
Hayman suture (simple brace)
Dipatenkan oleh Hayman et al pada tahun 2002, Hayman menyebutkan, ada 2 kekurangan dari B-Lych yaitu: 1. histerotomi dibutuhkan, dan 2. sulit untuk mengingat tehnik ini pada saat emergensi. Sehingga dibuatlah tehnik yang memungkinkan dilakukan transfiksasi semua ketebalan dinding uterus.
Cho Suture (multiple square suture)
Dilakukan penjahitan transfix dari anterior ke posterior (poin a) lalu dari posterior ke anterior (poin b) dan dilanjutkan sama dengan pola "square" (poin c dan d). Pada atonia, dibuat 4-5 persegi. Tehnik ini lebih mudah dan lebih kuat dibandingkan B-lynch.
Pereira suture (non-penetrating multiple transverse and longitudinal sutures)
Pada tehnik ini, jarum tidak masuk kedalam cuavum uterus. uterus "dibungkus"dengan beberapa jahitan kontinu secara transverse dan longitudinal pada serosa uterus dan miometrium subserosum. Dimulai dengan jahitan transversal 2-3 kali. lalu jahitan longitudinal dimulai dengan simpul pada jahitan transversal anterior terbawah, secara kontinu yang sama ke arah posterior jahitan transversal terbawah, lalu disumpul kembali. Tehnik ini tidak banyak dipakai.
Ouhba suture (four transverse suture)
Uterus di kompresi dengan 4 jahitan transversal menembus uterus, 1 pada segmen bawah rahim, 1 pada bagian tengah uterus, 2 pada daerah kanan dan kiri 2-3 cm medial dari horn uterus. Ouhba et al menyatakan bahwa modifikasi Cho ini lebih mudah dan tidak invasif dibandingkan Cho. Tehnik ini juga tidak digunakan secara luas.
Hackethal suture (multiple transverse U-sutures)
Dibuat total 6-16 jahitan dengan kedalaman 2-4 cm (U-suture). Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada tehnik ini.
Makino-Takedo suture (double vertical compression suture)
Jahitan kompresi pada bagian cervico-ismus dari anterior ke posterior, lalu posterior-anterior, kemudian disimpul di anterior. Kemudian pada bagian berlawanan sehingga bagian servico-ismus terkompresi dengan 2 jahitan vertikal. Lalu dilakukan jahitan Hayman (dua jahitan vertikal pada corpus uteri). Tehnik ini juga masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Matsubara Yano (MY) suture
Tehnik ini dianggap dapat mengatasi kekurangan B-lynch dan juga Hayman, dengan mencegah sliding off dan sliding in dari jahitan longitudinal. Luka SC harus ditutup terlebih dahulu, tidak seperti pada B-lynch. Dilakukan penjahitan SBR dari anterior ke posterior dan tepi fundus posterior ke anterior, lalu benang diikat dianterior (penjahitan logitudinal) sebanyak 2-3x. Dua penjahitan transversal dibuat sesuai indikasi pada bagian lateral dari longitudinal . Tehnik ini juga lebih mudah diingat dan dikerjakan.
Selain tehnik-tehnik diatas, masih ada beberapa tehnik lain yang baru dipakai pada sedikit wanita, yaitu :
Marasinghe suture (modified anchored B-Lynch suture)
Meydanli suture
Zheng suture
artikel asli dalam bahasa inggris di : Matsubara S, Yano H, Ohkuchi A, Kuwata T, Usui R, Suzuki M. Uterine compression sutures for postpartum hemorrhage: an overview. Acta Obstet Gynecol Scand 2013; 92:378–385.
Komentar
Posting Komentar